Hmm, memang saat ini dari segi prestasi Indonesia masih belum bisa unjuk gigi, bahkan untuk asia tenggara saja belum mampu, tapi prestasi bukanlah tolak ukur sebuah negara untuk bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia, contohlah Amerika Serikat yang sukses menjadi tuan rumah piala dunia 1994 walaupun prestasi sepak bola negeri tersebut bisa dikatakan kurang, bahkan fanatisme dan antusiasme rakyatnya terhadap sepak bola masih kalah jauh dari kita, orang sana lebih suka menonton pertandingan softball atau basket di akhir pekan. Jika dilihat waktu menuju tahun 2022 yang masih lama, untuk melakukan persiapan matang menggelar hajatan terbesar sepakbola dunia tersebut bukanlah hal yang mustahil, jika didukung tekad dan usaha yang benar2 keras untuk bisa melakukan itu. Beberapa hal yang harus dibenahi PSSI adalah: 1. PSSI sendiri, perlu ada penyegaran dalam manajemen PSSI. 2. Program pengembangan bakat dan potensi sepak bola untuk usia muda juga perlu dibenahi. 3. Lebih memperhatikan Fasilitas dan kesejahteraan atlet bola. 4. Memperbaiki kualitas perwasitan. 5. Memotivasi daerah-daerah untuk memajukan sepak bola dan pembangunan fasilitas stadion yang berstandar internasional. 6. Promosi ligina yang lebih hebat lagi. 7. Dll Oke, untuk langkah awal, saat ini di Indonesia sudah ada beberapa stadion yang bisa dikatakan layak untuk mengadakan even sepak bola internasional :
Stadion Utama
Gelora Bung Karno


Data stadion
- Lampu: 1.200 luks
- Panjang sentel ban: 800 meter
- Panjang lapangan: 110 meter
- Lebar lapangan: 60 meter
Stadion
Si Jalak Harupat



Fasilitas
Fasilitas yang tersedia antara lain:
- Lapangan sepak bola sebagai arena utama, dengan rumput jenis zoyzia matrella lin mer yang bisa meminimalkan cedera pemain bola.
- Lampu untuk lapangan berkekuatan 1.000 lux yang memungkinkan dilaksanakannya pertandingan malam.
- Papan skor (scoring board) elektronik.
- Lintasan (track) untuk atletik dengan ukuran standar sebanyak 8 lintasan.
- Tribun penonton yang mampu menampung 27.000 – 40.000 penonton.
- Fasilitas komersial.
- Fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, kantin, ruang ganti pemain, ruang wasit, dan lain-lain.
Luas bangunan stadion adalah sebagai berikut:
- Bangunan 28.177 m²
- Lapangan sepak bola 7.500 m²
- Lansekap 13.000 m²
Penilaian Kelayakan
Dalam rangka upayanya menjadi pendamping Stadion Gelora Bung Karno untuk menggelar pertandingan Piala Asia 2007, sekjen PSSI Nugraha Besoes yang melakukan peninjauan ke stadion Si Jalak Harupat, pada hari Minggu, 6 Februari 2005. Namun dinyatakan secara tegas bahwa masih banyak yang perlu dibenahi jika stadion ini ingin menjadi tuan rumah pertandingan internasional. Secara fisik stadion ini memang cukup kokoh dan strukturnya cukup bagus. Hanya saja, Jalak Harupat baru bisa memenuhi kualifikasi lokal dan nasional. Sistem drainase lapangan sudah bagus, demikian juga dengan rumput di lapangan. Hanya saja tempat duduk penonton masih menggunakan format tradisional, padahal untuk stadion modern seorang penonton disediakan satu tempat duduk. Loket untuk menjual tiket masih menyatu dengan stadion dan bukan di luar kompleks stadion seperti selayaknya stadion yang baik. Selain itu, kamar ganti pemain belum dilengkapi meja pijat dan loker. Demikian juga tempat pemain cadangan dinilai masih kurang sesuai. Kekurangan lainnya adalah lokasi stadion yang cukup jauh dari hotel. Dua lapangan pendukung dinilai masih kurang memenuhi syarat karena bentuknya tidak tertutup.[1]
Kontroversi
Pembangunan stadion ini menelan biaya sebesar 67,5 miliar rupiah yang bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Bandung. Dengan biaya sebesar itu muncul tuduhan terjadinya penggelembungan nilai proyek yang seharusnya hanya Rp 30-40 miliar.[2] Selain dugaan mark up dalam pembangunannya, dugaan korupsi juga terjadi pada proses pembebasan tanah untuk lokasi stadion tersebut. Harga tanah yang diajukan oleh pelaksana proyek diduga jauh lebih besar dari pembeliannya dari masyarakat.[3] Kasus ini ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Stadion Jakabaring

Sejarah
Stadion yang mulai bangun pada tanggal 23 Januari 2001 ini ditujukan untuk menyelenggarakan PON XVI ketika kota Palembang ditunjuk sebagai penyelenggara pada tanggal 2 September 2004. Stadion ini diberi nama berdasarkan kemaharajaan maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan berhasil mempersatukan wilayah barat Nusantara pada abad 7 sampai dengan abad 12. Selain itu stadion ini juga merupakan markas dari klub sepak bola Indonesia, Sriwijaya FC. Stadion ini dipakai sebagai salah satu stadion yang menyelenggarakan pertandingan dalam Piala Asia 2007 sebagai pendamping Stadion Utama Gelora Bung Karno pada hari pertandingan ketiga dan juga perebutan tempat ketiga.
Stadion
Utama Palaran

Stadion Utama Kaltim atau sering disebut pula Stadion Utama Palaran adalah sebuah stadion serbaguna di Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Kompleks Stadion Utama Kaltim. Stadion ini dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kaltim untuk menghadapi PON XVII dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18 Juni 2008.[4] Stadion ini digunakan sebagai tempat upacara pembukaan PON XVII pada tanggal 5 Juli 2008[5] dan upacara penutupan PON XVII pada 17 Juli 2008. Selain itu stadion ini juga ditunjuk oleh PSSI menggelar babak final dan 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar